Manchester merupakan kota yang menyimpan sejuta pesona bagi siapa saja yang berkunjung kesana terutama para penggila bola.
Ada dua stadion klub besar berdiri di kota pelabuhan tersebut, yakni Old Trafford milik Manchester United dan Etihad Stadium milik Manchester City.
Saya dan teman-teman sudah beberapa kali mengunjungi Old Trafford mengingat kami adalah pengagum berat Manchester United. Dan kali ini dengan berat hati kami memutuskan untuk mengunjungi Etihad Stadium. Selain karena penasaran dengan arsitekturnya kami juga ingin membuktikan apa benar yang dikatakan orang-orang kalau Etihad Stadium itu sepi ? Hehe.
Jarak dari tempat kami menginap menuju ke Etihad stadium hanya berkisar 3 km dari pusat kota dan kami sepakat menaiki transportasi uber. Biaya yang kami keluarkan tergolong mahal yakni 8 pounds atau sekitar 140 ribu rupiah.
Sepanjang perjalanan kami habiskan dengan mengobrol bersama bapak sopir. Mr Zahid merupakan imigran asal Pakistan yang sudah bekerja menjadi sopir selama 10 tahun di Manchester. Kamipun bertanya mengenai klub favoritnya disini dan dia menjawab bahwa dia penggemar berat Manchester United. Sontak kami bertos ria dengannya karena kami menyukai klub yang sama.
Saat asyik mengobrol pandanganku tak pernah lepas dari pemandangan luar jendela. Sungguh aneh atau hanya perasaanku saja karena apa yang saya lihat sekarang sungguh sangat berbeda dari apa yang saya lihat saat perjalanan menuju ke Old Trafford.
Karena penasaran saya pun bertanya ke Mr Zahid.
"Mr Zahid, mengapa disini nampak sepi? sangat berbeda saat kami akan menuju ke Old Trafford" tanyaku.
"Dulu lebih parah dari ini, semenjak kedatangan pengusaha Abu Dhabi pemilik Man City, kota ini sudah mengalami perkembangan" jawabnya.
Terasa aneh memang. Bukannya ini di kotanya kan..tanyaku dalam hati.
"Wait..jadi sebelum kedatangan pengusaha asal Abu Dhabi, bagaimana keadaan kota ini Pak ?"tanyaku kembali.
"Seperti kota mati, hanya terdapat kawasan pabrik karena Manchester Timur adalah pusatnya industri" jawabnya lagi.
Saya pun membandingkan keberadaan lingkungan stadion kedua klub ini. Entah sudah berapa kali saya melakukan perjalanan dari pusat kota Manchester ke Stadion Old Trafford dan baru kali ini ke Stadion Etihad. Pemandangan yang sungguh berbeda, jika ke Old Trafford, arah barat daya dari Manchester, kami akan melewati daerah perkanalan tua yang mengalami regenerasi dengan dana berlimpah dari pemerintah dan juga swasta yang secara otomatis menampilkan gebyar kemakmuran. Tampilan sebuah kota baru lengkap dengan semua fasilitasnya.
Ke Stadion Etihad, di Manchester Timur, kami menemui daerah-daerah yang terbengkalai. Manchester timur memang pusatnya industri sehingga pabrik-pabrik sangat mendominasi disini.
Apa tidak ada pemukiman warga disini ? tanyaku dalam hati.
Jalan raya yang sepi dan jarang ada kendaraan pribadi yang melintas. Sungguh berbeda dengan keadaan di bagian barat Manchester yang selalu ramai oleh pengendara dan pejalan kaki. Sebagai contoh lain saat saya mengamati trem di jam sibuk sama seperti sekarang, di kawasan Old Trafford terlihat berdesak-desakan, tapi di kawasan Etihad seperti sedang berada di kawasan kota mati.
Saya tidak cukup mengerti mengenai bagaimana kebijakan pembangunan kota Manchester dan sekitarnya. Mengapa di kawasan Barat lebih maju ketimbang Timur ?
Saya bukan hendak berbicara tentang perebutan hak siapa yang paling layak disebut Mancunian (penduduk asli Manchester) dan karenanya berhak mendapat perhatian pemerintah lokal. Ini sia-sia. Karena Mancunian sebenarnya adalah untuk semua penduduk di Manchester dan sekitarnya, termasuk Trafford.
Akhirnya kami sampai juga di Etihad Stadium. Berbeda dengan Old Trafford yang tampak begitu sempit, Etihad Stadium mirip seperti Senayan. Stadion berkapasitas 50 ribu penonton ini berdiri di atas kompleks olahraga yang memiliki halaman dan tempat parkir luas.
Dari sisi bangunan, Etihad yang tergolong baru jauh lebih megah dan modern dibandingkan Old Trafford. Maklum saja stadion setan merah termasuk kategori tua dan perlu direnovasi.
Warna biru muda mendominasi stadion milik Manchester City tersebut. Desain futuristik yang begitu kental dari tiang-tiang penyangga stadion.
Kamipun berfoto bersama di depan stadion itu. Petugas keamanan Etihad terlihat sedang berpatroli disekitar area parkir, sesekali mereka memandang ke arah kami.
Suasana sekitar nampak sepi, bahkan tidak ada turis yang berkunjung kesini selain kami. Sangat berbeda jauh dengan Old Trafford yang mana tak pernah sepi dikunjungi oleh turis.
Kami pun beralih ke sisi halaman lain, dari sini terlihat jalur trem yang berada persis di depan pagar.
Dari kejauhan terlihat jembatan panjang yang menghubungkan Stadion ke Training City Centre (TCC) dan Etihad Campus tapi kami tidak berminat untuk kesana.
Kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Keluar dari area Stadion, kami menyeberangi jalan dan suasana disekitar juga nampak sepi. Kami pun memesan uber lagi, dan sampai 20 menit kami menunggu tidak ada satupun uber yang menerima kami.
"Oh Tuhan, kenapa bisa seperti ini? Ini masih di kota kan ,bukan di pedesaan ? Kenapa begitu susah mencari transportasi disini". Geramku dalam hati.
Lelah menunggu uber pesanan , kami sibuk memperhatikan lingkungan sekitar. Di seberang jalan terdapat kawasan rumah-rumah. Daun-daun berserakan disekitar, halaman tak terawat, kaca rumah berdebu, dan cat pagar usang. Nampak jelas bahwa kawasan rumah tersebut tak berpenghuni.
Kami tak sengaja bertemu dengan segerombolan orang dan salah satu dari mereka mengenakan jersey Manchester United. Kamipun menyapa mereka, mereka bertanya apakah kami fan Man City dan kami kompak menjawab "tidak" karena kami fan Man United.
Mereka sontak tertawa dan berkata, "Mengapa kalian ke Etihad ? Saya yang tinggal di dekat sini tak pernah sekalipun kesana". Kami pun ikut tertawa mendengar penuturan mereka.
Selang beberapa menit uber pesanan kami pun tiba, kami berpamitan kepada mereka dan mereka membalasnya dengan menyalami kami. So Friendly bukan hehe.
Dari fakta yang ada, saya bisa memahami bagaimana keirian Cityzen (sebutan fan Man City) terhadap Man United. Sepakbola adalah persoalan utama. Dan sejarah prestasi sepakbola tidak (belum) memihak ke Manchester City. Prestasi Manchester City masih kalah jauh dari Manchester United.
Tetapi apa yang terjadi di lapangan bukanlah satu-satunya. Begitu banyak dimensi lain yang bermain di dalamnya.
Konon sebelum pengusaha kaya raya asal Abu Dhabi yaitu Sheikh Mansour membeli Man City,Fasilitas latihan, akademi sepakbola, stadion, gengsi klub dan sarana penunjang lain untuk mencetak prestasi di lapangan City masih kalah dari United. Keirian semakin menumpuk. Bagaimana City akan bisa mengejar ketertinggalannya kalau fasilitas penunjang saja kalah?
Konon sebelum pengusaha kaya raya asal Abu Dhabi yaitu Sheikh Mansour membeli Man City,Fasilitas latihan, akademi sepakbola, stadion, gengsi klub dan sarana penunjang lain untuk mencetak prestasi di lapangan City masih kalah dari United. Keirian semakin menumpuk. Bagaimana City akan bisa mengejar ketertinggalannya kalau fasilitas penunjang saja kalah?
Sepuluh atau lima tahun lalu ini juga sumber keirian (dan rasa frustasi) lain untuk City. Jika akan ke Old Trafford, sejak lama sudah tersedia layanan trem dan bus yang sangat mudah untuk menuju ke stadion ini, sedangkan layanan trem ke Etihad baru ada di tahun 2014. Padahal Etihad tak lebih dari 3 kilometer dari pusat kota. Sementara praktis Old Trafford sebenarnya berada di wilayah kota Trafford atau di luar Manchester.
Bagaimana itu bisa terjadi ?
Jurang antara mereka yang kaya (seputar Old Trafford) dan yang miskin (seputar Etihad) lengkap dengan perbedaan fasilitas/layanan sosialnya bisa terasakan.
Kalau ada gerundelan dianaktirikan dari penggemar Manchester City saya sepenuhnya bisa mengerti. Sudah prestasi di lapangan tertinggal, secara sosial pun sepertinya mereka dinomorduakan.
Kalau ada gerundelan dianaktirikan dari penggemar Manchester City saya sepenuhnya bisa mengerti. Sudah prestasi di lapangan tertinggal, secara sosial pun sepertinya mereka dinomorduakan.
Kawasan timur kota Manchester mayoritas adalah wilayah industri, sementara pembangunan infrastruktur perkotaan lebih condong ke arah barat.
Pembangunan Etihad Campus sebenarnya tidak melulu soal Manchester City, melainkan soal Manchester bagian timur yang sering dianggap terlupakan. Dalam hal pembangunan, timur seolah terlupakan karena wilayah industri, pun di sepakbola dimana piala selalu mengarah ke arah barat.
Lalu datanglah Sheikh Mansour, penguasa Abu Dhabi. Ia punya uang dan visi. Ia menginginkan Manchester City bukan sekadar menjadi raja di Manchester, tetapi juga Eropa, bahkan dunia. Ia tahu ia butuh waktu untuk itu.
Tetapi Sheikh Mansour bukan sekadar ingin membangun klub. Ia ingin membangun Manchester Timur bersamanya. Manchester Timur yang kokoh secara ekonomi dan bergairah sebagai pijakan Manchester City.
Ia juga memerintahkan pembangunan kompleks pelatihan/akademi sepakbola seluas 80 hektar dengan fasilitas terbaik yang bisa dibeli dengan uang.
Berbeda dengan kebiasaan klub yang meletakkan tempat latihan di luar kota, Sheikh Mansour memerintahkan pembangunan itu bersebelahan dengan stadion tempat City melakukan pertandingannya. Tepat di jantung Manchester Timur.
Ia mengharuskan para pekerja yang membangun fasilitas pelatihan itu harus dari masyarakat sekitar Manchester Timur sendiri.
Bekerja sama dengan pemerintah Manchester dikembangkanlah jaringan trem di Manchester Timur. Tetapi dengan pintar jaringan itu dibuat untuk juga melewati dan sekaligus melayani stadion maupun pusat latihan.
Foto oleh Alamy Stock Photo |
Bagi seorang Sheikh Mansour tentu saja hal ini tidak memberatkan. Kalau ia bisa membangun Abu Dhabi dari sebuah keantah-berantahan menjadi salah satu pusat perekonomian di Timur Tengah, apa sulitnya membangun seperempat kota Manchester ini ?
Berhasil atau tidaknya ia membangun Manchester City atau Manchester Timur seperti yang diimpikannya, waktulah yang akan menentukan.
Kalaupun pada akhirnya ia tak lagi menjadi pemilik Manchetser City, setidaknya ia akan dikenang pendukung City sebagai orang yang (mencoba) menghadirkan biru langit Manchester Timur. Dan tentu saja itu merupakan harapan terbesar bagi Cityzen untuk klub mereka.
Akankah harapan itu terwujud ? 😛😛😛
Kalau untuk kemajuan Manchester Timur sih "YES" tapi kalau untuk prestasi Manchester City sih jelas "No" 😂😂😂
@ievhavip
Sumber:
1. Pengalaman Pribadi
2. Situs Manc City
3. Fanbase Manc City
Setuju note yang terakhir. Kalo untuk pembangunan kota sih oke tapi kalo untuk bola tetap manutd 😅😅 #GGMU
ReplyDeleteDonacoPoker Aman dan Terpercaya
ReplyDeleteSedang mencari situs judi online yang aman dan terpercaya kami ada solusinya. DonacoPoker menjamin setiap kemenangan anda pasti akan terbayarkan dan juga memberikan kesempatan menang lebih besar dibanding situs-situs lainnya. Jadi jangan ragu lagi segera hubungi kami di :
>>>Daftar<<<
WA : +6281333555662
atau langsung di Livechat kami di : donacopkr(titik)com
Poker Uang Asli
Sering ditipu oleh bandar Poker lama anda?
ReplyDeleteAtau
Hanya janji manis dengan bonus yang berlimpah?
Tinggalkan semua itu kawan dan mari Join bersama kami di Pokervita
Agent Aman & Terpecaya
Tidak hanya itu kami juga mempunyai Bonus Harian & mingguan yang WOW buat anda
Info hub
WA:0812 2222 996