Mengapa demikian ?
Seharusnya saya merasa senang dengan pengalaman pertama saya berlibur ke luar negeri. Namun dengan jilbab di kepala dan pakaian panjang tertutup serta jaket tebal untuk menahan cuaca dingin, saya bertanya-tanya bagaimana lingkungan yang asing ini akan berdampak pada perjalanan saya.
Begitu banyak kekhawatiran yang saya rasakan sebagai seorang muslimah. Tentu saja saya takut apabila ada perlakuan diskriminatif terhadap wanita mulimah terutama wanita berhijab seperti saya ini.
Perasaan takut semakin menjadi ketika saya membaca berbagai artikel di internet mengenai banyaknya diskriminasi terhadap wanita muslimah di negara Eropa.
Diskriminasi, selalu menjadi topik yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan . Karena itu, ketika teman-teman meminta saya untuk sharing pengalaman yang berkaitan dengan diskriminasi terhadap wanita berjilbab saat melakukan traveling ke Manchester, Inggris. Langsung saya sambut dengan penuh semangat. Karena memang diskriminasi ini menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi sebagian besar muslimah, khususnya yang berjilbab seperti saya, untuk melakukan travelling ke negara yang mayoritas penduduknya non muslim, termasuk Manchester.
Sebelum berangkat, aku memberanikan diri menceritakan keluh kesahku kepada Ibuku. Beliau berkata "InsyaAllah baik-baik aja nduk, jangan lupa berdoa dimanapun berada, jangan lupa sholat, dan jaga sikap".
Aku selalu mengingat pesan dari Ibuku. Semoga semuanya baik-baik saja.
Saat pertama kali tiba di Bandara Manchester, kami mengantri satu persatu di sebuah loket pemeriksaan. Petugas bandara melakukan pemeriksaan secara ketat seperti paspor, visa, dan menanyakan tujuan kami datang ke Manchester. Kamipun menjawab jika kami diundang official Manchester United untuk bermain sepakbola di Old Trafford.
Petugas tersebut sepertinya tidak percaya, akhirnya kami menunjukkan itinerary / agenda kegiatan yang dikirimkan pihak Chevrolet via Email. Setelah petugas itu membaca itinerary, kami diperbolehkan memasuki tahap pemeriksaan selanjutnya yaitu kami harus diperiksa dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Saat itu aku sedikit gugup kalau petugas menyuruhku membuka jilbab yang aku pakai. Tapi rasa khawatir itu ternyata tidak terbukti, petugas tersebut bahkan cuma memeriksa lengan hingga kakiku. Alhamdulillah...
Petugas tersebut sepertinya tidak percaya, akhirnya kami menunjukkan itinerary / agenda kegiatan yang dikirimkan pihak Chevrolet via Email. Setelah petugas itu membaca itinerary, kami diperbolehkan memasuki tahap pemeriksaan selanjutnya yaitu kami harus diperiksa dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Saat itu aku sedikit gugup kalau petugas menyuruhku membuka jilbab yang aku pakai. Tapi rasa khawatir itu ternyata tidak terbukti, petugas tersebut bahkan cuma memeriksa lengan hingga kakiku. Alhamdulillah...
Sebelum keluar dari bandara aku menunggu temanku yang ingin menukar rupiah ke poundsterling di loket penukaran di dalam bandara. Aku menunggu sambil berdiri di ujung lorong pintu keluar dengan membawa koper dan tas ranselku. Entah ini hanya perasaanku saja atau bagaimana tapi beberapa orang ada yang terang-terangan memandangiku dari ujung atas sampai bawah.
Apa aku terlihat cantik ? Hahaha. *dijitak* jelas bukan itu, pasti mereka merasa aneh melihatku yang memakai jilbab. Yaudah biarin aja asal mereka tidak berbuat jahat kepadaku.
Sesampainya di hotel hingga beberapa hari melakukan kegiatan bersama seperti Welcome Dinner, bermain bowling, nobar di Old Trafford, bermain footgolf, latihan di AoN Training Complex, Nobar final UEL di Bar, semuanya baik-baik saja. Tidak ada perlakuan diskriminasi yang saya alami.
Akan tetapi ada satu kegiatan yang mana sedikit membuatku resah yaitu saat bermain gokart. Awalnya berjalan baik-baik saja tapi saat giliran saya akan bermain, petugas tersebut menyuruhku untuk melepas jilbab dengan alasan demi keamanan katanya. Jelas saya menolaknya, mana mungkin saya melepas jilbab. Lebih baik saya gak usah main aja kalau gitu.
Berhubung aku suka balapan (bukan balapan liar lhoo) dan pengen ngerasain main gokart aku tetap bersikeras bagaimanapun caranya.
Akhirnya saya mengambil helm dan nekat memakainya langsung. Dan sekali lagi petugas tersebut datang menghampiriku dan menyuruhku untuk melepas jilbab. Ya Allah masnya belum nyerah juga ternyata.
Bukan Saya namanya kalau kehabisan ide hahaha. Oke aku turuti kemauanmu mas bule.
Saya memasuki kamar kecil di sudut ruangan dengan membawa helm. Saya menyiasati kemelut tersebut dengan menarik jilbab agak kebelakang tapi rambut tetap tertutup kok. Kemudian untuk bawahan jilbab aku ikat di leher dan bagiam belakangnya aku masukan kedalam kostum balapku.
Saya memasuki kamar kecil di sudut ruangan dengan membawa helm. Saya menyiasati kemelut tersebut dengan menarik jilbab agak kebelakang tapi rambut tetap tertutup kok. Kemudian untuk bawahan jilbab aku ikat di leher dan bagiam belakangnya aku masukan kedalam kostum balapku.
Aku pun langsung berlari memasuki area balap dan menaiki gokartku.
Kekhawatiran juga saya alami saat akan bermain sepakbola di Old Trafford. Lagi-lagi semuanya baik-baik saja tidak ada halangan, saya tetap bermain bola dan tetap memakai jilbab. Para staff, media, serta Legend Ronny Johnson dan Fortune pun semuanya baik terhadapku. Sungguh beruntungnya saya karena tidak mengalami hal yang tidak menyenangkan.
Saya sangat menikmati semua kegiatan saya selama di Manchester. Teman-teman dari berbagai negara di Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika semuanya ramah dan bersahabat.
Bagaimana dengan penduduk setempat ?
Saya sendiri amat sangat bersyukur karena tidak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan dengan warga setempat. Saya melihat orang Manchester umumnya bersahabat dan terbuka. Jika berpapasan, biasanya mereka menyapa dan tersenyum, dan ini membuat saya merasa diterima. Ada yang mencoba mengajak ngobrol saat berbagi meja waktu makan siang.
Saya merasa selalu ada orang yang akan membantu jika saja saya mengalami masalah. Contohnya, Mrs Jane salah satu staff Chevrolet yang sangat baiknya membantu saya mencarikan pembalut saat kegiatan makan siang berlangsung di sebuah restorant mewah. Dia juga menanyakan keadaanku "kamu baik-baik saja?" "apakah perutmu sakit?" dia juga menawarkan obat penghilang rasa nyeri kepadaku.
Saya merasa selalu ada orang yang akan membantu jika saja saya mengalami masalah. Contohnya, Mrs Jane salah satu staff Chevrolet yang sangat baiknya membantu saya mencarikan pembalut saat kegiatan makan siang berlangsung di sebuah restorant mewah. Dia juga menanyakan keadaanku "kamu baik-baik saja?" "apakah perutmu sakit?" dia juga menawarkan obat penghilang rasa nyeri kepadaku.
Dari fakta yang saya alami dan menyadari adanya dukungan seperti ini mampu menepiskan ketakutan saya tentang perlakuan diskriminasi di negara minoritas non muslim.
Namun begitu, tidak berarti saya menjamin tidak akan pernah ada diskriminasi disana. Karena diskriminasi berkaitan dengan perilaku individu, di negara manapun pasti ada warganya yang memiliki kecendrungan untuk bersikap diskriminatif.
Selama perlakuan diskriminasi itu bukan berbentuk aturan atau kebijakan pemerintah setempat, kita tak perlu takut. Hanya perlu pandai2 membawa diri, hormati dan patuhi setiap aturan dan norma2 yang berlaku, dimanapun kita berada. Selama kita bersikap baik dan bersahabat, Insya Allah kita akan mendapat perlakuan yang sama.
Selama perlakuan diskriminasi itu bukan berbentuk aturan atau kebijakan pemerintah setempat, kita tak perlu takut. Hanya perlu pandai2 membawa diri, hormati dan patuhi setiap aturan dan norma2 yang berlaku, dimanapun kita berada. Selama kita bersikap baik dan bersahabat, Insya Allah kita akan mendapat perlakuan yang sama.
Semoga tulisan ini bermanfaat yaaa π