Wednesday, 30 August 2017

Adakah Perlakuan Diskriminatif Terhadap Muslimah Berjilbab Di Manchester ?


Berlibur ke Luar Negeri bagi sebagian orang mungkin menyenangkan sekaligus menakutkan.

Mengapa demikian ?

Seharusnya saya merasa senang dengan pengalaman pertama saya berlibur ke luar negeri. Namun dengan jilbab di kepala dan pakaian panjang tertutup serta jaket tebal untuk menahan cuaca dingin, saya bertanya-tanya bagaimana lingkungan yang asing ini akan berdampak pada perjalanan saya.

Begitu banyak kekhawatiran yang saya rasakan sebagai seorang muslimah. Tentu saja saya takut apabila ada perlakuan diskriminatif terhadap wanita mulimah terutama wanita berhijab seperti saya ini.

Perasaan takut semakin menjadi ketika saya membaca berbagai artikel di internet mengenai banyaknya diskriminasi  terhadap wanita muslimah di negara Eropa.


Diskriminasi, selalu menjadi topik yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan . Karena itu, ketika teman-teman meminta saya untuk sharing pengalaman yang berkaitan dengan diskriminasi terhadap wanita berjilbab saat melakukan traveling ke Manchester, Inggris. Langsung saya sambut dengan penuh semangat. Karena memang diskriminasi ini menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi sebagian besar muslimah, khususnya yang berjilbab seperti saya, untuk melakukan travelling ke negara yang mayoritas penduduknya non muslim, termasuk Manchester.

Sebelum berangkat, aku memberanikan diri menceritakan keluh kesahku kepada Ibuku. Beliau berkata "InsyaAllah baik-baik aja nduk, jangan lupa berdoa dimanapun berada, jangan lupa sholat, dan jaga sikap".

Aku selalu mengingat pesan dari Ibuku. Semoga semuanya baik-baik saja.

Saat pertama kali tiba di Bandara Manchester, kami mengantri satu persatu di sebuah loket pemeriksaan. Petugas bandara melakukan pemeriksaan secara ketat seperti paspor, visa, dan menanyakan tujuan kami datang ke Manchester. Kamipun menjawab jika kami diundang official Manchester United untuk bermain sepakbola di Old Trafford. 

Petugas tersebut sepertinya tidak percaya, akhirnya kami menunjukkan itinerary / agenda kegiatan yang dikirimkan pihak Chevrolet via Email. Setelah petugas itu membaca itinerary, kami diperbolehkan memasuki tahap pemeriksaan selanjutnya yaitu kami harus diperiksa dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

Saat itu aku sedikit gugup kalau petugas menyuruhku membuka jilbab yang aku pakai. Tapi rasa khawatir itu ternyata tidak terbukti, petugas tersebut bahkan cuma memeriksa lengan hingga kakiku. Alhamdulillah...

Sebelum keluar dari bandara aku menunggu temanku yang ingin menukar rupiah ke poundsterling di loket penukaran di dalam bandara. Aku menunggu sambil berdiri di ujung lorong pintu keluar dengan membawa koper dan tas ranselku. Entah ini hanya perasaanku saja atau bagaimana tapi beberapa orang ada yang terang-terangan memandangiku dari ujung atas sampai bawah.

Apa aku terlihat cantik ? Hahaha. *dijitak* jelas bukan itu, pasti mereka merasa aneh melihatku yang memakai jilbab. Yaudah biarin aja asal mereka tidak berbuat jahat kepadaku.

Sesampainya di hotel hingga beberapa hari melakukan kegiatan bersama seperti Welcome Dinner, bermain bowling, nobar di Old Trafford, bermain footgolf, latihan di AoN Training Complex, Nobar final UEL di Bar, semuanya baik-baik saja. Tidak ada perlakuan diskriminasi yang saya alami.

Akan tetapi ada satu kegiatan yang mana sedikit membuatku resah yaitu saat bermain gokart. Awalnya berjalan baik-baik saja tapi saat giliran saya akan bermain, petugas tersebut menyuruhku untuk melepas jilbab dengan alasan demi keamanan katanya. Jelas saya menolaknya, mana mungkin saya melepas jilbab. Lebih baik saya gak usah main aja kalau gitu.

Berhubung aku suka balapan (bukan balapan liar lhoo) dan pengen ngerasain main gokart aku tetap bersikeras bagaimanapun caranya.

Akhirnya saya mengambil helm dan nekat memakainya langsung. Dan sekali lagi petugas tersebut datang menghampiriku dan menyuruhku untuk melepas jilbab. Ya Allah masnya belum nyerah juga ternyata.

Bukan Saya namanya kalau kehabisan ide hahaha. Oke aku turuti kemauanmu mas bule. 

Saya memasuki kamar kecil di sudut ruangan dengan membawa helm. Saya menyiasati kemelut tersebut dengan menarik jilbab agak kebelakang tapi rambut tetap tertutup kok. Kemudian untuk bawahan jilbab aku ikat di leher dan bagiam belakangnya aku masukan kedalam kostum balapku.

Aku pun langsung berlari memasuki area balap dan menaiki gokartku. 


Taraaaa Michael Schumacher siap beraksi haha. πŸ˜›



Alhamdulillah kegiatan bermain gokart berjalan lancar dan sesuai dengan rencanaku tadi hehe.

Kekhawatiran juga saya alami saat akan bermain sepakbola di Old Trafford. Lagi-lagi semuanya baik-baik saja tidak ada halangan, saya tetap bermain bola dan tetap memakai jilbab. Para staff, media, serta Legend Ronny Johnson dan Fortune pun semuanya baik terhadapku. Sungguh beruntungnya saya karena tidak mengalami hal yang tidak menyenangkan.


Saya sangat menikmati semua kegiatan saya selama di Manchester. Teman-teman dari berbagai negara di Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika semuanya ramah dan bersahabat.

Bagaimana dengan penduduk setempat ?

Saya sendiri amat sangat bersyukur karena tidak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan dengan warga setempat. Saya melihat orang Manchester umumnya bersahabat dan terbuka. Jika berpapasan, biasanya mereka menyapa dan tersenyum, dan ini membuat saya merasa diterima. Ada yang mencoba mengajak ngobrol saat berbagi meja waktu makan siang. 

Saya merasa selalu ada orang yang akan membantu jika saja saya mengalami masalah. Contohnya, Mrs Jane salah satu staff Chevrolet yang sangat baiknya membantu saya mencarikan pembalut saat kegiatan makan siang berlangsung di sebuah restorant mewah. Dia juga menanyakan keadaanku "kamu baik-baik saja?" "apakah perutmu sakit?" dia juga menawarkan obat penghilang rasa nyeri kepadaku.

Dari fakta yang saya alami dan menyadari adanya dukungan seperti ini mampu menepiskan ketakutan saya tentang perlakuan diskriminasi di negara minoritas non muslim.

Namun begitu, tidak berarti saya menjamin tidak akan pernah ada diskriminasi disana. Karena diskriminasi berkaitan dengan perilaku individu, di negara manapun pasti ada warganya yang memiliki kecendrungan untuk bersikap diskriminatif. 

Selama perlakuan diskriminasi itu bukan berbentuk aturan atau kebijakan pemerintah setempat, kita tak perlu takut. Hanya perlu pandai2 membawa diri, hormati dan patuhi setiap aturan dan norma2 yang berlaku, dimanapun kita berada. Selama kita bersikap baik dan bersahabat, Insya Allah kita akan mendapat perlakuan yang sama.

Semoga tulisan ini bermanfaat yaaa 😊

Friday, 25 August 2017

Biaya dan Tips Backpackeran ke Manchester


Kerjaan saya nih dari dulu sering iseng-iseng googling dengan kata pencarian "Biaya backpackeran ke Manchester" hehe.

Saking pengennya ke Manchester tuh ya begitu, itu termasuk salah satu usahaku buat wujudin mimpi lhoo (walaupun kagak punya duit πŸ˜‚).

Beberapa waktu lalu ada yang nanya ke saya berapa biaya buat backpackeran ke Manchester, maka dengan senang hati saya bantu menjawabnya walaupun saya belom pernah backpackeran ke Manchester. Sotoy nih ceritanya hehe. 

Nah Mei kemarin bukannya ke Manchester neng ? Para massa bertanya πŸ˜‚.

Iya sih ke Manchester, tapi saya kesana bukan dalam rangka backpackeran yang pake biaya sendiri gaes, tapi dapat sponsor dari Chevrolet hehe. 

Yang namanya backpackeran atau solo travel itu semuanya kamu yang urus sendiri dari mulai visa, akomodasi, transportasi, wisata, dan konsumsi. Jadi harus dipersiapkan matang-matang yaaa.

Tips buat pemula nih, jauh-jauh hari kamu harus merancang rencana perjalanan dan anggaran terlebih dahulu.

Mulailah menjelajah di internet untuk mendapatkan informasi tentang pengurusan visa, maskapai penerbangan yang murah dan aman, tempat-tempat yang akan kamu kunjungi selama di Manchester serta bagaimana bepergian sebagai "solo traveller" dengan cara aman.

Tambahan info nih bulan Mei adalah bulan terbaik dari segi cuaca dan promosi harga untuk berbagai akomodasi dan transportasi.

Okey, mari kita siapkan kalkulator dan mulai penghitungan kasar untuk mewujudkan mimpi menginjak tanah Manchester.

Judulnya kan backpackeran yak, jadi jalan-jalan dengan budget seminimal mungkin tapi yang masuk akal.

Biaya ini belum termasuk perjalanan tambahan ke kota-kota lain seperti Liverpool, New Castle bahkan London.

1. Visa

Pentingnya visa untuk ke Luar Negeri adalah syarat mutlak. Kalau nggak ada visa, maka kamu nggak akan bisa ke Luar Negeri termasuk ke Inggris (Manchester). Walaupun ada beberapa negara yang bebas visa seperti Singapura, Malaysia, Thailand dsb. 



Biaya pembuatan visa turis ke UK berkisar mulai Rp 1,4 jutaan (saya bulatkan jadi Rp 1,5 juta aja ya) dengan masa berlaku hingga 6 bulan saja. Selama kurun waktu 6 bulan tersebut Anda bebas keluar-masuk UK tanpa harus mengurus pembuatan visa ulang.

2. Asuransi Perjalanan

Asuransi perjalanan adalah hal yang harus dimiliki setiap traveler. Terutama untuk para traveler ke luar negeri.

Asuransi perjalanan tidak cuma menanggung kecelakaan atau meninggal saja. Hal-hal yang kita anggap sepele seperti delay pesawat pun akan ditanggung. Tak perlu cemas memikirkan kerugian yang kamu alami saat terjadi penundaan penerbangan. Semua kerugian akan diganti pihak asuransi.



Kita harus memiliki asuransi perjalanan yaaa, karena udah masuk ke dalam persyaratan pembuatan visa. Jadi siapkan dana sekitar 500 ribu rupiah.

3. Tiket Pesawat

Tidak ada maskapai yang terbang langsung dari Indonesia ke Manchester gaes. Minimal sekali transit misal Etihad Airways transit di Abu Dhabi, Turkish Airlines transit di Istanbul, Emirates Airways transit di Dubai dsb. Kalian bisa pilih sesuai budget kalian. 

Mau ngirit lagi kalian bisa googling tiket ke Manchester yang lagi promo dengan catatan harus dipesan jauh-jauh hari. Banyak yang memesan enam bulan bahkan setahun sebelumnya.

Disini saya coba capture harga tiket dari ketiga maskapai Etihad, Turkish, dan Emirates untuk bulan November 2017.




Dari ketiga maskapai tersebut tiket PP yang paling murah (sudah dibulatkan) adalah Etihad yaitu Rp 11 juta + Rp 8 juta = Rp 19 juta.

Ada kok yang lebih murah lagi. Bisa searching sendiri yaa πŸ˜‚

4. Akomodasi

Untuk akomodasi bervariasi tergantung berapa lama kamu tinggal di Manchester dan pilihan jenis akomodasi apa yang ditinggali. Kalo jalan-jalannya sendirian menginap di hostel adalah pilihan yang lebih bijak, kalo mau lebih hemat lagi numpang di rumah kenalan atau di emperan juga bisa haha. Kalo hostel silahkan googling sendiri sesuai kesukaan kamu, mau nginep di hotel, apartemen atau di hostel monggo. 

Kalau nggak ya bisa searching di PPI Manchester, mungkin saja ada mahasiswa atau keluarga Indonesia disana yang menyewakan kamarnya.

Kalo jalan-jalannya sama keluarga mungkin lebih ngirit kalau menginap di apartemen, kalo sendiri di hostel juga udah mewah lhoo. Kalo hostel tergantung lokasi dan fasilitasnya (tempat tidur) sih, semakin banyak tempat tidur dan jauh dari pusat kota maka semakin murah hehe.

Saran saya lebih baik kamu booking akomodasi terlebih dahulu sebelum tiba di tempat tujuan. Situs booking termurah dan terpercaya menurut saya adalah Hostelworld dan AirBnB .




Ambil aja pembulatan semalamnya antara 300 sampai 500 ribu rupiah, jadi kita ambil aja 500 ribu rupiah (udah mahal ini buat saya). 500 ribu dikali berapa malam kamu ngebolang, silahkan dihitung sendiri. 

Misal kalian 5 malam disana, so 500 ribu kali 5 malam jadi 2,5 juta rupiah. Catet!

5. Transportasi

Untuk pilihan transportasi nih saya sarankan untuk membeli tiket weekly (mingguan) untuk kereta lokal (metro) dan bus.

Harganya sekitar 17 pounds per orang atau 300 ribu. Kamu bisa gunakan bus dan metro selama berada di Manchester.

Biar ngirit lagi bisa tuh jalan kaki hahahaha.

6. Makan dan Ngemil

Untuk biaya makan saya sarankan kamu bawa mini rice cooker karena disana agak susah nyari nasi hehe. Nanti bisa bawa abon sapi, sambal sachet, sambel pecel, dsb untuk lauk. Repot yaaa hahaha. 

Kalau gak mau repot tinggal nyetok pop mie aja yang banyak. Dan itu lebih efisien menurutku. Karena disana jarang ada nasi pasti kalian gak bakalan kenyang kalau makan ala ala western disana haha.

Buat ngemil-ngemil cobain gelato atau coklat panas atau kue-kue enak juga gpp sekali-kali πŸ˜› (jangan kek orang susah wkkwwk).

Hmm anggap aja biaya makan sehari 20 pounds atau 350 ribu rupiah (untuk dua kali makan aja ya...kan udah ada pop mie hahaha).

So untuk 5 hari disana 20 pounds kali 5 jadinya 100 pounds atau 1,75 juta rupiah. Catet !

7. Objek Wisata

Yang ini harus rajin googling yaaa. Biar tau harga tiket masuknya berapa. Kalo bisa sih nyari objek wisata yang gratisan #gakmodal. Hari gini nyari gratisan mana ada ? Hahaha. Jelas ada dong wisata aja ke Taman Kota atau nggak jalan kaki keliling sekitar (Eh itu termasuk wisata gak sih?haha).

Bagi penggila klub bola Manchester United pasti destinasi utamanya ke Old Trafford ya kan???

Biaya tiket tour Old Trafford dan tiket museum tour masing-masing 18 pounds (300ribu rupiah) dan 11 pounds (200 ribu rupiah). Total 500 ribu rupiah.

Kalau mau nobar di Old Trafford silahkan booking dulu tiketnya disini dengan catatan harus dipesan jauh hari karena tiketnya cepat habis.


Harga paling murah adalah untuk Paket Red Cafe Post Match sebesar 149 Pounds atau sekitar 3 juta per orang. Dan harga tiket juga tergantung matchnya lawan klub mana. Misal partai big match harga tiket minimumnya jelas lebih mahal.

Saya tidak merekomendasikan untuk siapapun yang akan membeli tiket pertandingan sepakbola lewat situs online selain dari situs resmi MU. 

Awas banyak penipuan πŸ˜‚

8. Toilet Umum 

(Sampe dimasukin segala haha, ehh bayar nggak sih??). Tenang...toilet umum disana gratis kok. Bersih plus wangi pula, jadi pengguna merasa nyaman. Tapi nggak dibuat tidur juga kali hahaha. 

9. Souvenir

Untuk souvenir tergantung selera anda. Semakin banyak belanjanya maka semakin banyak pengeluarannya.

Biasanya sih para backpacker seenggak-enggaknya pasti beli souvenir murah meriah kayak gantungan kunci, tempelan kulkas, postcard. Masing-masing harganya 3 pounds atau sekitar 50 ribu rupiah.



Misal saya patok jumlahnya 10 souvenir (saya yakin kalian disana pasti mborong lebih dari 10 hahaha), jadi 10 dikali 3 pounds maka 30 pounds atau sekitar 500 ribu rupiah.

10. Paket Internet

Nah ini nih yang gak kalah pentingnya saat backpackeran. Saran saya sih kamu mending beli provider Three karena paling murah diantara provider lainnya dan tentu kuotanya banyak. Tapi walaupun begitu, di Inggris, khususnya di Manchester sudah banyak WiFi gratis, jadi kamu nggak perlu membeli banyak kuota. 

Untuk provider Three saya sarankan beli yang Three Pay As You Go karena kuotanya unlimited dengan harga 25 pounds atau sekitar 450 ribu rupiah.

--------------------------------------

Catatan: 

1 Pounds = Rp 17.500 per Agustus 2017 (sudah dibulatkan).

Mari kita mulai hitung total semua pengeluaran

1. Visa Rp 1.500.000
2. Asuransi Rp 500.000
3. Tiket Pesawat PP Rp 19.000.000
4. Akomodasi (hostel) Rp 2.500.000
5. Transportasi Rp 300.000
6. Konsumsi Rp 1.750.000
7.Obyek Wisata(Tour stadion) Rp 500.000
8.Nonton bola di Old Trafford Rp 3.000.000
9. Souvenir Rp 500.000
10. Paket Internet Rp 450.000

Total Rp 30.000.000

30 juta cukup buat 1 minggu? Cukup kali yaaa..hehe. Gimana ? Lebih murah kan? Kalau pake agent travel jatuhnya bisa nyampe 40-50 juta. Kenapa? Karena visa nya priority dan tentu akomodasinya lebih terjamin. Makannya juga lebih enak-enak gak kayak anak kos makannya pop mie hahaha.

Jadi tips backpackeran murah itu tergantung berapa lamanya kamu tinggal disana. Harus dipastikan dulu itinerarynya baru bisa bikin estimasi biaya pengeluaran. 

Apakah postingan ini membantu? Enggak kali yah hahahaha *dijitak*πŸ˜‚.

Ayo dong yang udah pernah backpackeran ke Manchester kasih tau pengalamannya hehe.

@ievhavip

Wednesday, 23 August 2017

Alasan Pendukung Man City Iri dan Merasa Dinomorduakan. Cityzen: Kami Menanti Revolusi Biru Langit Di Manchester Timur


Manchester merupakan kota yang menyimpan sejuta pesona bagi siapa saja yang berkunjung kesana terutama para penggila bola.

Ada dua stadion klub besar berdiri di kota pelabuhan tersebut, yakni Old Trafford milik Manchester United dan Etihad Stadium milik Manchester City.

Saya dan teman-teman sudah beberapa kali mengunjungi Old Trafford mengingat kami adalah pengagum berat Manchester United. Dan kali ini dengan berat hati kami memutuskan untuk mengunjungi Etihad Stadium. Selain karena penasaran dengan arsitekturnya kami juga ingin membuktikan apa benar yang dikatakan orang-orang kalau Etihad Stadium itu sepi ? Hehe.

Jarak dari tempat kami menginap menuju ke Etihad stadium hanya berkisar 3 km dari pusat kota dan kami sepakat menaiki transportasi uber. Biaya yang kami keluarkan tergolong mahal yakni 8 pounds atau sekitar 140 ribu rupiah.

Sepanjang perjalanan kami habiskan dengan mengobrol bersama bapak sopir. Mr Zahid merupakan imigran asal Pakistan yang sudah bekerja menjadi sopir selama 10 tahun di Manchester. Kamipun bertanya mengenai klub favoritnya disini dan dia menjawab bahwa dia penggemar berat Manchester United. Sontak kami bertos ria dengannya karena kami menyukai klub yang sama.

Saat asyik mengobrol pandanganku tak pernah lepas dari pemandangan luar jendela. Sungguh aneh atau hanya perasaanku saja karena apa yang saya lihat sekarang sungguh sangat berbeda dari apa yang saya lihat saat perjalanan menuju ke Old Trafford.

Karena penasaran saya pun bertanya ke Mr Zahid.

"Mr Zahid, mengapa disini nampak sepi? sangat berbeda saat kami akan menuju ke Old Trafford" tanyaku.

"Dulu lebih parah dari ini, semenjak kedatangan pengusaha Abu Dhabi pemilik Man City, kota ini sudah mengalami perkembangan" jawabnya.

Terasa aneh memang. Bukannya ini di kotanya kan..tanyaku dalam hati.

"Wait..jadi sebelum kedatangan pengusaha asal Abu Dhabi, bagaimana keadaan kota ini Pak ?"tanyaku kembali.

"Seperti kota mati, hanya terdapat kawasan pabrik karena Manchester Timur adalah pusatnya industri" jawabnya lagi.


Saya pun membandingkan keberadaan lingkungan stadion kedua klub ini. Entah sudah berapa kali saya melakukan perjalanan dari pusat kota Manchester ke Stadion Old Trafford dan baru kali ini ke Stadion Etihad. Pemandangan yang sungguh berbeda, jika ke Old Trafford, arah barat daya dari Manchester, kami akan melewati daerah perkanalan tua yang mengalami regenerasi dengan dana berlimpah dari pemerintah dan juga swasta yang secara otomatis menampilkan gebyar kemakmuran. Tampilan sebuah kota baru lengkap dengan semua fasilitasnya. 

Ke Stadion Etihad, di Manchester Timur, kami menemui daerah-daerah yang terbengkalai. Manchester timur memang pusatnya industri sehingga pabrik-pabrik sangat mendominasi disini.


Apa tidak ada pemukiman warga disini ? tanyaku dalam hati.

Jalan raya yang sepi dan jarang ada kendaraan pribadi yang melintas. Sungguh berbeda dengan keadaan di bagian barat Manchester yang selalu ramai oleh pengendara dan pejalan kaki. Sebagai contoh lain saat saya mengamati trem di jam sibuk sama seperti sekarang, di kawasan Old Trafford terlihat berdesak-desakan, tapi di kawasan Etihad seperti sedang berada di kawasan kota mati.

Saya tidak cukup mengerti mengenai bagaimana kebijakan pembangunan kota Manchester dan sekitarnya. Mengapa di kawasan Barat lebih maju ketimbang Timur ? 

Saya bukan hendak berbicara tentang perebutan hak siapa yang paling layak disebut Mancunian (penduduk asli Manchester) dan karenanya berhak mendapat perhatian pemerintah lokal. Ini sia-sia. Karena Mancunian sebenarnya adalah untuk semua penduduk di Manchester dan sekitarnya, termasuk Trafford.

Akhirnya kami sampai juga di Etihad Stadium. Berbeda dengan Old Trafford yang tampak begitu sempit, Etihad Stadium mirip seperti Senayan. Stadion berkapasitas 50 ribu penonton ini berdiri di atas kompleks olahraga yang memiliki halaman dan tempat parkir luas.


Dari sisi bangunan, Etihad yang tergolong baru jauh lebih megah dan modern dibandingkan Old Trafford. Maklum saja stadion setan merah termasuk kategori tua dan perlu direnovasi. 

Warna biru muda mendominasi stadion milik Manchester City tersebut. Desain futuristik yang begitu kental dari tiang-tiang penyangga stadion.


Kamipun berfoto bersama di depan stadion itu. Petugas keamanan Etihad terlihat sedang berpatroli disekitar area parkir, sesekali mereka memandang ke arah kami.



Suasana sekitar nampak sepi, bahkan tidak ada turis yang berkunjung kesini selain kami. Sangat berbeda jauh dengan Old Trafford yang mana tak pernah sepi dikunjungi oleh turis. 

Kami pun beralih ke sisi halaman lain, dari sini terlihat jalur trem yang berada persis di depan pagar. 






Dari kejauhan terlihat jembatan panjang yang menghubungkan Stadion ke Training City Centre (TCC) dan Etihad Campus tapi kami tidak berminat untuk kesana.



Kunjungan kami ke Etihad Stadium memang terbilang singkat karena waktu free kami juga tidak banyak. 

Kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Keluar dari area Stadion,  kami menyeberangi jalan dan suasana disekitar juga nampak sepi.  Kami pun memesan uber lagi, dan sampai 20 menit kami menunggu tidak ada satupun uber yang menerima kami.

"Oh Tuhan, kenapa bisa seperti ini? Ini masih di kota kan ,bukan di pedesaan ? Kenapa begitu susah mencari transportasi disini". Geramku dalam hati.

Lelah menunggu uber pesanan , kami sibuk memperhatikan lingkungan sekitar. Di seberang jalan terdapat kawasan rumah-rumah. Daun-daun berserakan disekitar, halaman tak terawat, kaca rumah berdebu, dan cat pagar usang. Nampak jelas bahwa kawasan rumah tersebut tak berpenghuni. 

Kami tak sengaja bertemu dengan segerombolan orang dan salah satu dari mereka mengenakan jersey Manchester United. Kamipun menyapa mereka, mereka bertanya apakah kami fan Man City dan kami kompak menjawab "tidak" karena kami fan Man United.

Mereka sontak tertawa dan berkata, "Mengapa kalian ke Etihad ? Saya yang tinggal di dekat sini tak pernah sekalipun kesana". Kami pun ikut tertawa mendengar penuturan mereka.

Selang beberapa menit uber pesanan kami pun tiba, kami berpamitan kepada mereka dan mereka membalasnya dengan menyalami kami. So Friendly bukan hehe.

Dari fakta yang ada, saya bisa memahami bagaimana keirian Cityzen (sebutan fan Man City) terhadap Man United. Sepakbola adalah persoalan utama. Dan sejarah prestasi sepakbola tidak (belum) memihak ke Manchester City. Prestasi Manchester City masih kalah jauh dari Manchester United. 

Tetapi apa yang terjadi di lapangan bukanlah satu-satunya. Begitu banyak dimensi lain yang bermain di dalamnya. 

Konon sebelum pengusaha kaya raya asal Abu Dhabi yaitu Sheikh Mansour membeli Man City,Fasilitas latihan, akademi sepakbola, stadion, gengsi klub dan sarana penunjang lain untuk mencetak prestasi di lapangan City masih kalah dari United. Keirian semakin menumpuk. Bagaimana City akan bisa mengejar ketertinggalannya kalau fasilitas penunjang saja kalah? 

Sepuluh atau lima tahun lalu ini juga sumber keirian (dan rasa frustasi) lain untuk City. Jika akan ke Old Trafford, sejak lama sudah tersedia layanan trem dan bus yang sangat mudah untuk menuju ke stadion ini, sedangkan layanan trem ke Etihad baru ada di tahun 2014. Padahal Etihad tak lebih dari 3 kilometer dari pusat kota. Sementara praktis Old Trafford sebenarnya berada di wilayah kota Trafford atau di luar Manchester. 

Bagaimana itu bisa terjadi ?


Jurang antara mereka yang kaya (seputar Old Trafford) dan yang miskin (seputar Etihad) lengkap dengan perbedaan fasilitas/layanan sosialnya bisa terasakan. 

Kalau ada gerundelan dianaktirikan dari penggemar Manchester City saya sepenuhnya bisa mengerti. Sudah prestasi di lapangan tertinggal, secara sosial pun sepertinya mereka dinomorduakan.

Kawasan timur kota Manchester mayoritas adalah wilayah industri, sementara pembangunan infrastruktur perkotaan lebih condong ke arah barat.

Pembangunan Etihad Campus sebenarnya tidak melulu soal Manchester City, melainkan soal Manchester bagian timur yang sering dianggap terlupakan. Dalam hal pembangunan, timur seolah terlupakan karena wilayah industri, pun di sepakbola dimana piala selalu mengarah ke arah barat.

Lalu datanglah Sheikh Mansour, penguasa Abu Dhabi. Ia punya uang dan visi. Ia menginginkan Manchester City bukan sekadar menjadi raja di Manchester, tetapi juga Eropa, bahkan dunia. Ia tahu ia butuh waktu untuk itu. 

Tetapi Sheikh Mansour bukan sekadar ingin membangun klub. Ia ingin membangun Manchester Timur bersamanya. Manchester Timur yang kokoh secara ekonomi dan bergairah sebagai pijakan Manchester City.  


Ia juga memerintahkan pembangunan kompleks pelatihan/akademi sepakbola seluas 80 hektar dengan fasilitas terbaik yang bisa dibeli dengan uang. 


Berbeda dengan kebiasaan klub yang meletakkan tempat latihan di luar kota, Sheikh Mansour memerintahkan pembangunan itu bersebelahan dengan stadion tempat City melakukan pertandingannya. Tepat di jantung Manchester Timur. 




Ia mengharuskan para pekerja yang membangun fasilitas pelatihan itu harus dari masyarakat sekitar Manchester Timur sendiri. 


Bekerja sama dengan pemerintah Manchester dikembangkanlah jaringan trem di Manchester Timur. Tetapi dengan pintar jaringan itu dibuat untuk juga melewati dan sekaligus melayani stadion maupun pusat latihan. 



Foto oleh Alamy Stock Photo

Bagi seorang Sheikh Mansour tentu saja hal ini tidak memberatkan. Kalau ia bisa membangun Abu Dhabi dari sebuah keantah-berantahan menjadi salah satu pusat perekonomian di Timur Tengah, apa sulitnya membangun seperempat kota Manchester ini ?


Berhasil atau tidaknya ia membangun Manchester City atau Manchester Timur seperti yang diimpikannya, waktulah yang akan menentukan.


Kalaupun pada akhirnya ia tak lagi menjadi pemilik Manchetser City, setidaknya ia akan dikenang pendukung City sebagai orang yang (mencoba) menghadirkan biru langit Manchester Timur. Dan tentu saja itu merupakan harapan terbesar bagi Cityzen untuk klub mereka.


Akankah harapan itu terwujud ? πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›


Kalau untuk kemajuan Manchester Timur sih "YES" tapi kalau untuk prestasi Manchester City sih jelas "No" πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚


@ievhavip

Sumber:

1. Pengalaman Pribadi
2. Situs Manc City
3. Fanbase Manc City

Sunday, 20 August 2017

Mengapa Stadion Sepak Bola Di Inggris Tidak Menggunakan Pagar Pembatas


Ada fakta yang mencuri perhatianku saat menyaksikan pertandingan Manchester United vs Crystal Palace di stadion Old Trafford. Bukan karena permainannya dan juga bukan karena kemegahan stadionnya, melainkan fakta mengenai tidak adanya pagar pembatas antara tempat duduk penonton dengan lapangan dan jarak bangku dengan lapangan tidak lebih dari 5 meter.


Dengan jarak segitu bisa kali ya penonton pegang-pegang pemain MU wkwkwk. Atau bisa juga kalau pas duduk di belakang gawang, kita bisa tuh ngobrol sama De Gea sambil ngopi juga bisa wkwkwk.

Oke lanjut...πŸ˜‚

Ternyata tidak adanya pagar pembatas bukan karena penonton Liga Inggris pada baik dan tertib lhooo, tapi karena penonton pada bengal dan brutal. 

Kalian tau kan kalau Liga Inggris mempunyai fan garis keras yang biasa disebut dengan hooligan ? Hooligan inilah yang sangat meresahkan dunia persepakbolaan terutama di tanah Inggris.

Lhooo, kok bisa? Penontonnya brutal tetapi tidak dikasih pagar pembatas? 

Ini dia sejarahnya dan alasannya 😊

Teman-teman pasti sudah banyak yang tahu dengan kerusuhan yang dilakukan suporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. 

(Kalau belum tau bisa kepoin google yaaa😝)

Jadi kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa hingga 39 orang. Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa. 

Kalau ada kesalahan pasti ada sanksi dong.. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa lah yang paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut-ikutan menambahkan hukuman. Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris tidak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun ! 

Dan yang paling unik, ternyata tidak ada protes dari klub-klub yang kena sanksi. "Lho Liverpool yang salah, kok yang lain kena getahnya?" mungkin begitu celoteh klub-klub Inggris tersebut. Tapi semua pasrah. Ulah fans Liverpool saat itu yang mabuk berat dan berkategori hooligans benar-benar menampar muka sepakbola Inggris. 

Namun begitu semua klub sepakat introspeksi. Hukuman FA tidak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan, serta tidak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di seantero Inggris.

Di Eropa, cuma Inggris yang tidak menjual tiket tanpa kursi. FA sempat dikecam oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. Jelas banyak yang sewot karena tiket berdiri harganya murah meriah. Hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas.

Ada pagar saja rusuh, apalagi ompong melompong?

Tapi buat FA, kelas suporter berdiri justru pusatnya biang kerok. Jadi, sekarang ini semua stadion di Inggris tanpa pagar dan tidak menjual tiket tanpa nomor kursi. FA memang organisasi berpengalaman. 

Ide mereka ternyata berhasil. Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. 

Hukumannya tegas banget coy..perlu dicontoh nih sama Indonesia hehe.

Di dalam stadion juga tidak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar. Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Liga Inggris 100% aman. 

Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan "tendangan kung fu" Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan yang sangat fenomenal.

Nah lhoh ati-ati yaa kalau duduk di dekat lapangan. Wkwkwk 

Terlepas dari hal itu, rasanya kita bisa mengacungkan 2 jempol untuk keberanian FA dan sikap dewasa para suporter Liga Inggris yang dulu sering bikin orang resah, sekarang justru relatif lebih santun. 


Dan itu terbukti benar lho gaes. Saat aku menyaksikan pertandingan secara langsung disana. Tidak ada yang namanya rusuh antar pendukung united dengan pendukung lawan. Tidak ada bentrok antara penonton dengan pihak keamanan. Bahkan saat keluar dari stadion pun mereka juga tidak seenaknya sendiri. Mereka semua tertib dan santun.

Kalau misalkan hal serupa diterapkan di Liga Indonesia, apa yang kira-kira bakalan terjadi ya ???

Supporter Indonesia bisa mencontoh gak nih ??? Jadilah Supporter yang dewasa seperti supporter di negara Eropa.

Supaya tidak ada lagi korban yang berjatuhan karena aksi kebrutalan antar supporter sepak bola di Indonesia.

@ievhavip

Friday, 18 August 2017

The Theatre Of Dreams (Part 2): Mewujudkan Mimpi Bermain Sepak Bola Di Old Trafford




"The Theatre of Dreams", begitulah sir Bobby Charlton menyebut stadion ini. Stadion kebanggan milik tim sepak bola Manchester United ini memang bagaikan sebuah lapangan panggung drama yang sudah menyajikan beribu-ribu bahkan berjuta-juta aksi Manchester United dalam mengarungi ketatnya dunia persepakbolaan. Sudah tak terhitung sudah berapa ratus bintang yang terlahir disini.


The Theatre Of Dreams julukan untuk stadion Old Trafford ini berlokasi di Trafford, Greater Manchester, Inggris. Dengan kapasitas 75.635 kursi, sudah bukan rahasia lagi jika stadion ini merupakan stadion terbesar kedua di Inggris setelah stadion Wembley, serta stadion kesebelas terbesar di Eropa.


Sesuai dengan julukannya The Theatre Of Dreams, Old Trafford memang layaknya sebuah mimpi. Mimpi awal para petinggi yang haus akan gelar. Mimpi semua pemain United yang ingin menorehkan banyak prestasi. Dan sebuah mimpi atau impian pendukung Manchester United di seluruh dunia untuk bisa mengunjunginya.

Pada kesempatan kali ini saya akan mendeskripsikan bagaimana detail bagian dalam Old Trafford dan juga pengalaman saya saat bermain sepakbola di lapangan rumput impian.

Cekidot... πŸ˜‚

Bus kami memasuki area parkir yang terletak di depan tribun utara atau Sir Alex Ferguson Stand. Hari ini kami akan bertanding sepakbola dalam event Chevrolet Fan Cup. So excited guys mengingat moment ini adalah pertama kalinya kami akan menginjakkan kaki di lapangan rumput, sekaligus kesempatan "kedua" untuk berkeliling memandangi keindahan Old Trafford disetiap sudutnya.


Bisa kalian bayangkan bagaimana kecewanya saat  mendapatkan kabar bahwa Old Trafford ditutup pasca bom Manchester (22 Mei 2017) dan kesempatan "pertama" kami untuk tour stadion dan musuem di cancel secara tiba-tiba.
So sad guys..

Beruntung sekali karena pihak MU tidak membatalkan pertandingan Chevrolet Fan Cup kami. Ini merupakan kesempatan terakhir kami untuk bisa masuk ke dalam stadion selain nonton pertandingan Premier League kemarin.

Melangkah meninggalkan tempat parkir menuju ke dalam stadion. Melewati jembatan yang menghubungkan area parkir dengan halaman depan tribun utara (Sir Alex Ferguson Stand) sembari memandang takjub patung Opa Ferguson yang berdiri dengan gagahnya. 

Untuk mempersingkat waktu kami memasuki lorong bawah sebagai jalan alternatif bagi pejalan kaki agar tidak berjalan terlalu jauh dari tribun satu ke tribun lainnya. Lorong panjang dan lebar ini mengharuskan kami berjalan sedikit cepat agar segera sampai. Cahaya yang terpancar dari lampu yang menggantung di atap membuat lorong tersebut menjadi sedikit terang.

Sampailah kami di depan Munich Tunnel dan kami diharuskan mengantri satu persatu karena petugas keamanan akan mengecek barang bawaan kami satu persatu.

Beuh ketat banget pengamanannya...

Setelah selesai di cek, kami berjalan memasuki Munich Tunnel. Sepanjang terowongan tersebut kami bisa melihat etalase-etalase kaca berisi plakat untuk mengenang tragedi Munich yang terpajang didinding.

Di dalam terowongan tersebut tepatnya di sisi kiri terdapat pintu masuk menuju ke area tribun selatan (Sir Bobby Charlton Stand). Beberapa staff menyambut kami didepan pintu.

Kami pun memasuki lift yang terhubung ke lantai dua. Setelahnya tangga demi tangga kami naiki dan sampailah kami di ruangan VIP di Stadion ini. 

Tak menunggu lagi aku pun mulai mendekati balkon yang dibatasi oleh kaca. Aku benar-benar menyukai pemandangan disana. Melihat berpuluh ribu bangku mengelilinya dan lapangan rumput yang sangat menggodaku untuk segera berlarian disana. Tahan gaess...pintunya belum dibuka kwkwkw. Aku memutuskan untuk berfoto disini terlebih dulu.


Tangga yang menuju kedalam stadion tepat disamping kiri ruang kaca ini. Di samping kanan terdapat ruang operator pertandingan. Di sudut ruangan terdapat lorong yang menuju ke ruang media atau operator yang menjadi tempat para komentator. Ditribun ini juga terdapat resto suite VIP room yang dikhususkan untuk tamu VIP.


Sesuai dengan namanya VIP, beberapa meja bundar yang dikelilingi kursi sudah tertata rapi disana. Panggung minimalis berdiri di ujung kanan yang diatasnya sudah terpajang trofi Chevrolet Fan Cup. Kami pun bergantian satu persatu menaiki panggung untuk berfoto dengan trofi tersebut. 


Acara pembukaan dimulai, MC acara menyambut kami dengan semangatnya. Dia juga menjelaskan kepada kami mengenai peraturan pertandingan Chevrolet Fan Cup. Pertandingan kali ini hanya berlangsung selama 30 menit dan tiap tim terdiri 15 orang yang sudah diacak oleh panitia.

Kami semakin antusias ketika MC memanggil nama Ronny Johnson dan Quinton Fortune sebagai perwakilan Legend yang akan menjadi pelatih kami pada pertandingan nanti. Teriakan dan tepuk tangan kami membuat suasana dalam ruangan menjadi pecaaahh hehe. 


Panitia memutar video pertandingan Chevrolet Fan Cup tahun lalu. Setelah video berakhir, layar televisi menampilkan nama-nama tim beserta anggotanya. Yang aku ingat cuma nama timku yaitu Sonic, disitu aku setim dengan mas Prass dan mas Ben setim dengan mas Berry. Berhubung hanya terdapat empat tim,maka langsung masuk ke babak semifinal. 

Panggilan untuk tim pertama dan tim kedua harap segera mempersiapkan diri. Alhamdulillah banget bukan timku yang bertanding duluan. Karena selama 30 menit nanti aku bisa menjelajah Old Trafford terlebih dahulu.

Karena sudah diperbolehkan memasuki dalam stadion, aku pun langsung menuruni tangga menuju ke lapangan rumputnya. Dengan langkah hati-hati aku mulai menginjakkan kaki di atas lapangan. Kaki terasa lemas dan gemetar saat berdiri disana. Seperti mimpi bisa berdiri di atas rumput ini. Sungguh luar biasaaa!!!

Hal lain yang aku lakukan adalah berfoto dan merekam video. Karena penasaran aku pun duduk dan memegang rumput tersebut. Merasakan begitu lembut dan kuatnya rumput membuatku tak tega untuk mencabutnya hehe..

Beberapa menit lagi pertandingan akan segera dimulai. Kami pun diminta untuk keluar dari lapangan. Sembari menunggu kick off aku menyibukkan diri dengan berfoto-foto.

Tak terasa pertandingan pertama sudah hampir selesai dan sekarang giliran timku untuk bertanding.

Kami diminta untuk bersiap-siap di dressing room. Aku bersama timku berjalan memasuki lorong untuk menuju ke ruang ganti. Lorong bercat putih dengan foto para pemain serta legend terpajang di dinding sepanjang lorong tersebut membuatku takjub. 

Ruangan yang didominasi warna merah dan logo Manchester United diatas lantai. Dinding berlapis kayu sebagai tempat digantungnya jersey-jersey kami. Ditengah ruangan terdapat televisi dan whiteboard. Di sudut ruangan terdapat kamar mandi namun kami tidak diperbolehkan masuk kesana. 


Kami hanya diberi waktu 10 menit untuk berganti. Aku langsung mengambil jerseyku dan keluar dari ruangan. Karena ruang ganti perempuan dan laki-laki terpisah. Aku diberi tau untuk mengganti pakaian di ruangan dekat pintu keluar lorong ini. Aku bertemu Nana disana, ternyata timku akam melawan timnya. Kami pun buru-buru mengganti pakaian. Aku senang karena timku kebagian memakai jersey home united dan tim lawan memakai jersey away warna putih.




Sebelum memasuki lapangan kami pun berbaris rapi di dalam lorong. Baru beberapa detik berbaris aku menyadari suatu hal. Ternyata aku salah memakai kaos kaki wkwkwk. Di timku mereka memakai kaos kaki hitam sedangkan aku memakai kaos kaki putih.
hahaha malu nya diriku...

Aku pun langsung berlari kedalam untuk mengganti kaos kakiku. Setelahnya aku berbaris kembali dengan timku. Nampak Fortune berjalan menuju ke arah kami. Jersey yang dikenakannya sama dengan tim kami, membuat kami tau bahwa Fortune adalah coach kami. Dia pun meneriakkan kata Sonic untuk menyemangati tim kami. 

Tiba waktunya kami bertanding. Terdengar lagu Glory Glory Manchester United yang membuat semangat kami semakin berkobar saat berjalan ke tengah lapangan. Dua tim berbaris dengan wasit yang berdiri ditengah-tengah kami. Tak lupa sesi foto dan berjabat tangan satu sama lain.


Kami diberi waktu untuk melakukan pemanasan dan membentuk strategi terlebih dahulu. Fortune dengan wataknya yang humoris membuat sesi latihan kami menjadi sangat mengasyikkan. Kami pun masing-masing ditanyai posisi apa yang kami inginkan. Dan aku dengan yakin menjawab sebagai Midfielder. Hehe

Babak pertama pun dimulai. Pada saat itu aku hanya menunggu di pinggir lapangan. Menjadi pemain cadangan tidak membuatku malu karena aku tau bagaimana kemampuanku sendiri hehe. aku berdiri di pinggir lapangan dengan Fortune dan ketiga temanku yang lain.

"Do you want Playing football ?" tanya Fortune padaku.

"Yes Coach". Jawabku.

Berlari memasuki lapangan untuk menggantikan temanku selama 5 menit. Selama itu pula aku hanya sekali melakukan passing. Selebihnya aku hanya berlari kesana kemari namun tak kunjung mendapat operan bola wkwkwk.
Gila ! Begini rasanya bisa berlari di atas rumput Old Trafford. Baru berlari beberapa menit saja sudah terasa capeknya. Lapangannya luas banget gaes. Yang dulu dulu cuma bisa liat lapangan ini dari layar televisi dan sekarang aku bisa merasakannya secara langsung. Spechless πŸ˜‚

Peluit tanda berakhirnya pertandingan dengan hasil akhir yang dimenangkan oleh tim Sonic (yeeee masuk finalπŸ˜‚).

Kami beristirahat sejenak sekaligus membahas strategi tim kami untuk final nanti. Dan cukup disayangkan karena aku tak bisa ikut bermain. Perut tiba-tiba sakit mengingat aku sedang datang bulan. Tapi aku tetap mendukung teman-temanku dari pinggir lapangan. Melihat Johnson yang berdiri tepat di sebelah kiriku aku langsung meminta tanda tangannya. Aku kaget ketika melihat Johnson tiba-tiba jongkok di depanku. OH My God !!! Seorang Legend mau maunya jongkok. Gila ! Terharu banget aku. Thank you so much Johnson 😘

Babak final pun dimulai. Aku yang berdiri tepat disamping Fortune hanya bisa berharap semoga tim kami juara. Fortune yang saat itu sibuk mengatur tim dan melakukan beberapa rotasi pemain. Terkadang juga dia ketawa ketika melihat aksi lucu dari lapangan.

Dia juga melakukan hal hal konyol seperti tiduran tengkurap diatas lapangan karena kecewa dengan keputusan wasit yang memberikan penalti kepada tim lawan. Alhasil tim kami tertinggal 1-0. Walaupun demikiam kami bisa bangkit dari keterpurukan. Jelang turun minum di babak pertama tim kami berhasil mengimbangi skor lawan 1-1. 
Persaingan yang ketat wkwkwk.

Babak kedua pun dimulai. Tim kami berhasil mencetak gol ke lawan skor menjadi 2-1. Tim lawan tidak gentar karena dimenit 25 mereka berhasil mengimbangi skor kami menjadi 2-2. Dan di menit akhir mereka melesatkan gol ketiga. Pertandingan berakhir dengan kemenangan tim lawan. Congrats gaes..

Tidak terlalu mengecewakan..kami sudah berusaha dan memang hanya bisa mendapatkan posisi juara dua. Terima kasih teman-teman 😊.

Setelah acara usai kami semua berfoto bersama di tengah lapangan sambil meneriakkan Glory Glory Manchester United.

Kami diberi waktu 10 menit untuk mengemasi barang yang kami taruh di dressing room. Setelah itu aku buru-buru mengambil beberapa jepretan foto di depan Stretford End sambil tiduran. 

Belum puas mengeksplor Old Trafford kami bersama rombongan diberi kesempatan untuk memasuki lorong yang berada di tengah tengah bench. Saat memasuki lorong tersebut terdapat pertigaan. Jika berbelok ke kanan kami akan menemui dressing room pemain serta dressing room lawan dan jika berbelok ke kiri terdapat ruang konferensi pers.




Kami pun keluar dari lorong tersebut. Kemudian kami diberi jamuan makan siang bersama di ruang VIP room. Terdapat sebuah meja panjang yang berbalut kain putih dan diatasnya sudah terdapat menu prasmanan seperti nasi goreng,kari ayam, salad, daging. Aku pun ikut mengantri untuk mengambil makanan. Aku pun memutuskan untuk mengambil nasi putih dan kari ayam. Setelah aku cicipi ternyata rasanya enak lho..sumpah baru pertama kali makan makanan Inggris yang pas bumbunya wkwkkw. Karinya enak banget. Teman-teman juga berpendapat demikian.

Setelah makan siang selesai,tiba saatnya acara ditutup dengan pemberian sertifikat dan juga medali kepada seluruh peserta CFC yang diberikan oleh Ronny Johson dan Fortune. Piala Chevrolet Fan Cup juga diberikan pada saat itu juga. Tepuk tangan kami berikan kepada tim pemenang.

Kami pun keluar dari ruang VIP tersebut dan kembali ke hotel karena malamnya kami akan nonton bareng final UEL jadi kami harus istirahat terlebih dahulu.

Terima kasih banyak Chevrolet sudah memberikan kami kesempatan untuk bermain sepak bola di lapangan rumput Old Trafford. Suatu kebanggan bisa menjelajah Theatre Of Dreams. Moment indah ini akan terus kami ingat sepanjang hidup kami. 

Jangan lelah untuk bermimpi kawan. Karena semua itu bermula dari mimpi. Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah hingga engkau meraihnya.

@ievhavip